SIM-D


Da’i Sebagai Pengolah Informasi dalam
Keberhasilan Berdakwah

                Kepemimpinan merupakan inti manajemen. Sebagai inti manajemen, kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap efektifitas sistem informasi yang digunakan dalam organisasi, sebagaimana juga pengaruhnya terhadap efektifitas berbagai sistem lain di dalam organisasi. Salah satu alasan utamanya ialah karena salah satu peranan dari orang-orang yang menduduki jabatan pimpinan dalam organisasi ialah peranan informasional.[1]
Adapun kepemimpinan dakwah adalah suatu sifat atau sikap kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang yang menyampaikan dakwah (da’i) yang mendukung fungsinya untuk menghadapi publik dalam berbagai situasi. Da’i dengan sikap dan sifatnya dalam kehidupan sehari-hari dipandang sebagai pemimpin masyarakat.[2] Dalam memainkan peranan informasional tersebut pimpinan organisasi dapat bertindak selaku:
1.        Pencipta sistem informasi
2.       Penerima informasi
3.       Penyalur informasi
4.      Pemakai informasi, dan
5.       Penilai informasi
Dengan berbagai peranan tersebut jelas terlihat bahwa kepemimpinan dalam organisasi mempunyai pengaruh yang sangat luas. Beberapa contoh berikut ini menunjukkan peranan tersebut:
Pertama: pimpinan organisasi memahami, mungkin lebih dari siapapun dalam organisasi, bahwa penguasaan dan pemilikan sarana komunikasi sangat menentukan peranan informasi dalam kehidupan organisasional.
Kedua: pimpinan organisasi sangat mungkin memiliki berbagai informasi tentang organisasi dan tentang lingkungan yang turut menentukan keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannya yang tidak dimiliki oleh orang lain dalam organisasi yang bersangkutan.
Ketiga : pimpinan organisasi menentukan filsafat organisasi untuk dijalankan oleh bawahan mereka, termasuk sistem informasi yang diciptakan, dipelihara dan digunakan.
Keempat: pimpinan organisasilah yang menentukan informasi apa yang akan disampaikan kepada siapa yang biasanya disertai petunjuk penggunaannya yang harus dikaitkan bukan hanya dengan tujuan dan berbagai sasaran yang ingin dicapai, akan tetapi juga dalam rangka peningkatan kinerja organisasi berdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas , dan produktifitas kerja.
Kelima: pimpinan organisasi merupakan sasaran pengiriman informasi oleh orang lain – baik di dalam maupun di luar organisasi – dan para pimpinan itu pulalah yang berperan sebagai sumber informasi yang diperlukan oleh orang lain yang dalam berbagai bentuk mempunyai kepentingan terhadap keberhasilan organisasi.
Keenam: karena peranan informasionalnya, pimpinan organisasi mempengaruhi penciptaan sistem informasi dan cakupan penyebarannya.
Ketujuh: pimpinan organisasi menggunakan informasi untuk mempengaruhi opini orang lain tentang organisasi yang dipimpinnya dengan berbagai cara, tergantung pada siapa yang ingin dipengaruhi dan apa tujuannya.
Jelaslah bahwa pimpinan organisasi mau atau tidak perlu terlibat dalam seluruh tahap penanganan informasi. Dilihat dari “kacamata” kepemimpinan, dua sisi yang menonjol ialah peranan pimpinan dalam penerimaan dan transmisi informasi di satu pihak serta pengambilan keputusan untuk ditindaklanjuti oleh para bawahannya di pihak lain.
Salah satu upaya terpenting dalam dakwah ialah komunikasi, yaitu suatu transfer (memindahkan) informasi dari seseorang kepada orang lain, baik perseorangan maupun berkelompok sebagai suatu proses sosial secara berhadapan langsung maupun melalui suatu media.[3] Boleh dikatakan bahwa seorang manajer yang memimpin lembaga dakwah atau seorang da’i dapat dikenal melalui apa yang mereka komunikasikan.
Seni berbicara tak bisa dilepaskan dari seni memimpin. Menjadi pembicara yang baik butuh sejumlah persyaratan seperti halnya pemimpin. Menjadi pembicara yang andal adalah modal pemimpin yang ideal. Memberikan penghargaan dimuka umum kepada seseorang yang pantas menerimanya adalah tekhnik kepemimpinan yang paling baik di dunia.[4]
Demikian pula halnya dalam kegiatan dakwah, sang da’i harus berkomunikasi dengan jama’ah (khalayak) yang dihadapi. Komunikasi ini merupakan jalan untuk menyebar-luaskan pesan dalam bentuk seruan, anjuran, petunjuk dan nasehat yang bersumber dari ajaran agama Islam yang disajikan dan dikemas secara kontekstual. Dengan demikian dapat dipahami bahwa komunikasi adalah alat dan bukan tujuan, yaitu alat untuk memperlancar jalannya manajemen atau jalannya dakwah.[5]
Telah diuraikan di atas bahwa keberhasilan penggunaan suatu sistem baru tergantung pada adanya usaha-usaha penyempurnaan yang berkelanjutan. Salah satu implikasinya ialah menciptakan suatu sistem umpan balik untuk menyampaikan masukan dari pemakai kepada berbagai pihak.
Masukan tersebut sangat diperlukan guna menjamin bahwa sistem informasi itu benar-benar meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas organisasi sebagai keseluruhan.
Dari uraian di atas terlihat dengan jelas bahwa dalam setiap proses penciptaan dan penggunaan informasi, campur tangan pimpinan organisasi merupakan keharusan mutlak. Dengan perkataan lain, kelompok manajemen dalam organisasi harus terlibat aktif dalam seluruh tahap dan proses penciptaan dan penggunaan informasi.[6]

KESIMPULAN
                Salah satu upaya terpenting dalam dakwah ialah komunikasi, yaitu suatu transfer (memindahkan) informasi dari seseorang kepada orang lain, baik perseorangan maupun berkelompok sebagai suatu proses sosial secara berhadapan langsung maupun melalui suatu media.
                Sistem informasi memberikan dukungan kepada para anggota staf, profesional, manajer dan semua orang yang melakukan pengambilan keputusan di dalam organisasi. Jumlah data yang besar dan kerangka waktu yang singkat dalam pengambilan keputusan mengharuskan semua orang di dalam organisasi menggunakan sumber daya tekhnologi informasi. Organisasi yang tidak mampu menggunakan sistem informasi secara efektif tidak akan dapat bersaing.[7]




DAFTAR PUSTAKA

                Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A., Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1999).
            Prof. Drs. H. Zaini Muchtarom, MA., Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin dan IKFA, 1996).
            Idi Subandy Ibrahim., Kecerdasan Komunikasi seni berkomunikasi kepada publik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007). cet 1
            Raymond McLeod, Jr, & George P. Schell., Management Information Systems, (Edisi Kesepuluh – Jakarta: Salemba Empat, 2008).



[1] Sondang P. Siagian., Sistem Informasi Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1999), h. 20
[2] Zaini Muchtarom., Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin dan IKFA, 1996), h. 73
[3] Zaini Muchtarom., Dasar-Dasar Manajemen Dakwah., h. 88
[4] Idi Subandy Ibrahim., Kecerdasan Komunikasi seni berkomunikasi kepada publik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), cet 1, h. 113
[5] Zaini Muchtarom., Dasar-Dasar Manajemen Dakwah., h. 89
[6] Sondang P. Siagian., Sistem Informasi Manajemen., h. 24
[7] Raymond McLeod, Jr, & George P. Schell., Management Information Systems, (Edisi Kesepuluh – Jakarta: Salemba Empat, 2008). h. 117